Jum’at, 15 April 2011
"Change your thinking, change your life."
-Ernest Holmes
#part adalah sebuah cerita kehidupan yang mengalir dengan kejujuran, yang terekam melalui perjalanan mengarungi waktu. Well, Kadang kita hanya melihat sesuatu titik hitam kecil pada sebuah lembar putih. Begitulah manusia, kadang ia melupakan betapa luasnya hamparan warna putih yang ada pada kertas itu. Manusia berlomba untuk mencari sebuah ‘kesempurnaan’ dan sebuah penghargaan. Sebuah fenomena piramida kehidupan yang memang sudah menjadi sifat manusia yang ingin lebih baik dan menjadi yang terbaik diantara yang lain. Keinginan secara langsung atau tidak langsung ini terkadang membuat manusia melupakan betapa pentingnya sosialisasi dan toleransi. Bahkan ketika lingkungan kita sangat mendukung terjadinya sifat individualis.
“Punten bapak-bapak ibu-ibu saya tunanetra minta sedekah seadanya seikhlasnya….”, seperti inilah kalimat seorang lelaki paruh usia saat berjalan diantara kursi penumpang bus antar kota di Terminal Baranangsiang (14/04/11). Kalimat pengharapan yang terus-menerus diucapkan dengan nada cepat hingga serasa tak berjeda. Mengharapkan sejumlah uang untuk membiayai hidup, membayar ‘pajak pekerjaan’, atau sekedar mengganjal perutnya yang lapar. Pengharapan yang terkadang tak terbalas. Ya inilah salah satu fenomena kehidupan, tak banyak lagi orang yang memperdulikan sekitarnya, tak banyak lagi orang yang merasakan kualitas hidup yang baik, dan tak banyak orang yang sadar dengan perubahan ini. Toleransi itu tumbuh pada jiwa yang pernah merasakan getirnya sebagai minoritas, maka sampaikanlah ayat-ayat toleransi walaupun satu scene. Well, bahkan terkadang perubahan ini harus disampaikan dengan cara lain seperti yang dilakukan oleh Hanung Bramantyo salah satu sutradara bangsa yang terbaik. Perubahan, kejujuran dan perasaan itu harus kita visualisasikan, karena dunia seakan terlalu sibuk untuk melihat sesuatu hal yang kecil dan biasa.
Betapa beruntungnya kita dibandingkan mereka yang bertahan hidup tanpa keluarga, yang belajar menulis dengan kakinya, yang mengetahui banyak hal tanpa melihat indahnya dunia, yang terus berlari walaupun dengan kursi rodanya. “saya sangat beruntung memiliki anak saya,” itulah yang terlihat dari seorang ibu yang sedang duduk bersama anaknya. Dengan senyum dan rasa kasih sayang yang terpancar dari wajahnya, Ia tak merasa malu dengan kondisi anaknya yang memiliki kelainan mental dan fisik itu. Ia memperlakukan anaknya secara wajar, penuh perhatian, dan menatap sekeliling dengan tersenyum. Ya, bukankah seharusnya kita seperti itu juga? Terkadang perbedaan membuat kita semakin menjauh, lalu lingkungan membuatnya menjadi sebuah pembatas yang tinggi dan membuatnya menjadi hal yang tabu.
“I believe each human being has the potential to change,
to transform one’s own attitude
no matter how difficult the situation”
(Dalai Lama)
Membuat yang besar menjadi lebih kecil dan sederhana agar dapat dimengerti, tidak perlu ada sesuatu yang mahal, tapi hanya dengan menggenggam kemauan kita dapat meraih sesuatu. Muhammad Thoha yang dikenal sebagai Habibie dari selokan Mataram mempunyai mimpi dan sebuah cita-cita. Meskipun hanya lulusan SMA dan pernah menjadi seorang officeboy, Ia ingin menerbangkan pesawat ciptaannya sendiri seperti B.J. Habibie. Dengan laboratorium khusus dirumahnya, Ia mendesain dan merakit pesawatnya sendiri. Elektronika dan mesin itu mudah dan bisa direkayasa, akses untuk belajar ada dimana-mana dan mudah, hanya tinggal kemauan yang besar untuk mencoba dan melakukannya. “kalau gagal, ya itu konsekuensinya. Orang saja kuliah harus bayar. Dari kegagalan itu kita bisa belajar banyak hal,” ucap Muhammad Thoha yang kini telah menjadi ahli aeromodelling.
“If you can imagine it, you can achieve it; if you can dream it, you can become it”
(William Arthur Ward)
Begitu juga yang dituturkan oleh B.J. Habibie saat menerima penghargaan Medali Emas Edward Warner Award di Montreal (7 Desember 1994). Habibie berpendapat bahwa penguasaan dan pengendalian ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hak prerogatif orang kaya atau masyarakat maju, tetapi adalah hak prerogatif umat manusia dimanapun ia berada. Setiap orang itu unik, berbeda satu sama lainnya dan mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sudah saatnya kita yang meneruskan, tidak lagi berkembang tetapi menjadi Negara yang maju dengan memperhatikan aspek-aspek kehidupan seperti lingkungan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan kesejahteraan. Karena disanalah kekayaan bangsa kita berada. Jadi, tidak ada alasan mendasar untuk seseorang tidak berkarya demi bangsanya. [OE]
"Change your thoughts and you change your world"
-Norman Vincent Peale.
0 Responses
Langganan:
Posting Komentar (Atom)