Aku mengais tanah demimu..
Hingga tanganku tergores penuh luka..
Tak peduli perih yang kurasa..
Tanah ini milik kita..
Bukan mereka..
Meski ditukar dengan kilaunya permata..
Tanah ini milik kita..
Tak cukup jiwa mampu hidupi kita selain dia..
Hutan kita nan hijau..
Berdiri kokoh diatas tanah ini..
Dengan ego mereka rusak semua..
Tak peduli deru tangis anak-anak kita..
Mengais tanah untuk seteguk air kehidupan..
Hutan kita nan hijau..
Berdiri kokoh diatas tanah ini..
Dengan ego mereka rusak semua..
Tak peduli deru tangis anak-anak kita..
Mengais tanah untuk seteguk air kehidupan..
Satu? Dua? Atau Tiga?
Bahkan ratusan orang meminta..
Sebuah rasa iba dari mereka..
Tapi apa?
Mereka lemparkan titik-titik pengharapan..
Lalu mereka bungkam dengan terali besi..
Bahkan ratusan orang meminta..
Sebuah rasa iba dari mereka..
Tapi apa?
Mereka lemparkan titik-titik pengharapan..
Lalu mereka bungkam dengan terali besi..
Tak peduli rasa diantara mereka..
Dibalut dinding-dinding semu,
mereka bakar habis jiwa mereka..
Dibalut dinding-dinding semu,
mereka bakar habis jiwa mereka..
Lalu kau hanya tinggal diam?
Berpura acuh tak peduli?
Atau bahkan tak mendengar?
Lihat!!
Tanah ini milik kita..
Bukan mereka..
Meski ditukar dengan kilaunya permata..
Bukan mereka..
Meski ditukar dengan kilaunya permata..
Tanah ini milik kita..
Tak peduli harta..
Tak peduli strata..
Tak peduli mereka..
Hingga badanku penuh luka..
Kau akan lihat..
Tanah ini milik kita..
OE, 29des10, 00.30
OE, 29des10, 00.30